Sabtu petang sekitar pukul 19.00 lagi enak-enaknya maen “most wanted” (game balap mobil yang saat ini lagi ngetrend) eh tiba-tiba aja ada temen SMA datang kerumah, terpaksa deh saya “QUIT” tuh game kemudian klik “Turn off Computer” abis dah tuh computer. Lima menit ngobrol gak lama-lama langung aja dia ngajak sepedaan ke Mojokerto (kota maksudnya).
Oke deh, jam tujuh seperempat sehabis siap-siap ini itu, berdoa bla..bla..bla..bla.. Amin (kayak mau kemana aja…kekendurian pake berdoa segala?). Yah yang penting berdoa lah, meski hanya bismilah semoga slamet pergi-pulang amin. Meskipun jarak rumah ke kota hanya sekitar 4 km tapi kalau ada apa-apa dijalan? Jangan sampai deh, dan Alhamdulillah tidak. Rumah saya di Canggu. (sapa juga yang nanya…?!). Langsung meluncur ke tujuan (gak tau tujuannya yang penting ke kutho/kota) muter-muter dan ngopi-ngopi buat ngilangin stress, gitu katanya temen saya. Namanya Nanda.
Dari arah utara melewati jembatan dan masuk jalan gajahmada di perempatan pertama ditahan sebentar karena lampu merah sedang menyala dan memberi kesempatan buat pengguna jalan dari arah lain untuk lewat. 03,02,01,.. dan kemudian Lampu merah padam disambut lampu kuning menyala sebentar langsung lampu hijau ganti menyala mempersilahkan kami untuk melanjutkan perjalanan. Langsung tancap gas belok kanan tak lain adalah jalan pemuda dan belok ngiri kemudian belok kanan lagi berjumpa dengan jalan A.Yani menuju ke Alun-alun. Satu putaran mengelilingi alun-alun Mojokerto kami lanjutkan ke jalan majapahit yang pada saat itu luar biasa ramainya oleh pengguna jalan. Entah sebenarnya mereka mau kemana atau hanya sekedar muter-muter gak jelas seperti yang kami lakukan? gak tau deh. Melaju terus dengan kecepatan 20-30 (jarum speedometer) karena jalanan sesak sekali jadi gak mau ambil resiko dengan melaju kencanag-kencang, ntar nabrak malah kami yang runyam. Jalan terus sambil tengok kanan kiri melihat suasana pertokoan di jalan majapahit yang ramai mentok sampai pada pertigaan yang kalau belok kiri jalan raden wijaya dan kami ambil belok kanan terus, ada pertigaan lagi yang kalau belok kiri ke Sooko tapi sekali lagi kami ambil arah kiri yaitu jalan brawijaya. Lurus terus setelah melintasi jalur KA, dan menjumpai perempatan Prajurit kulon kami belok kanan lagi (wah, muter aja dong?) yah namanya juga muter-muter. Sampai pada perempatan majapahit berhenti sebentar memberikan kesempatan buat orang-orang dari jalan majapahit lewat kemudian tancap gas, kali ini ke jalan bhayangkara dunk. Setelah melewati stasion KA Mojokerto kami belok kiri ke jalan Panglima besar sudirman notok puol (mentok) belok kanan melintasi sisi depan pasar tanjung dan jumpa lagi sama jalan gajahmada di perempatan Sekarsari lalu kami lurus ke jalan empunala karena memang lagi beruntung baru nyanpai di stopan (lampu merah) perempatan tersebut langsung lampu hijau. Di jalan empunala saat itu tidak begitu ramai hingga ketemu perempatan empunala kami belok menuju jalan benteng pancasila yang lumayan baru diresmikan oleh pemkot setempat. Ternyata ramai juga di tempat ini dibuat nongkrong atau sekedar lalu lalang oleh pemuda pamudi Mojokerto. Tapi kami tidak, kami melanjutkan menyusuri jalan tersebut sampai pada perempatan tugu adipura jalan gajahmada, bhayangkara, pahlawan, dan benteng pancasila lalu kami menengah mendekati tugu yang berada ditengah jalan-jalan tersebut dan belok kanan ke gajamada lagi. Di perempatan tersebut kami sempat melihat polisi sedang menceramahi sepasang muda-mudi yang sedang berada di atas motor (gak ngeliat merk motornya) mungkin mereka ngelanggar rambu atau apalah yang pasti melakukan pelanggaran sehingga bapak polisi bertindak tegas. Dan kami terus melaju kencang di jalan gajahmada hingga sampai didepan jembatan kami ambil sisi kiri yang tak lain adalah menuju Jogging Track Mojokerto di jalan hayam wuruk. Setelah menyisiri jalan ini dan ternyata buset bukan main ramainya remaja yang duduk-duduk berjajar-jajar sambil ngopi, nongkrong, atau apalah di sepanjang delta sungai brantas yang sengaja di buat oleh pemkot setempat dengan tujuan menjadikannya sebagai tempat wisata. Sebenarnya tujuan kami kesini untuk ngopi tapi sepertinya tempatnya sudah penuh akhirnya kami berbalik arah dan memeriksa kembali barang kali ada yang terlewatkan, ternyata memang ada yaitu disebelah pojok timur, dibawah jembatan agak kebarat dikit. Habis markir Jupiter orange milik nanda terus pesan kepada penjual, “susu soda satu ama kopi susu satu mas” gitu kata temenku yang satu ini. Setelah pesanan datang, langsung kami sambut dan saya tuangkan si kopi ke tempat tadahannya gelas (gak tau apa itu bhs. Indo-nya) dan buat nge-ler (nganginin) supaya panasnya berkurang, setelah sudah anget-anget kuku lalu saya sruput deh dilanjut dengan menyulut AGA (sampoerna hijau bungkus lama) rokok kesayangan saya sambil ngeliat orang lalu lalang di jalan hayam wuruk. Lumayan lama ngobrol ngalor ngidul ngomongin masa-masa SMA dulu dan segala macam akhirnya kami menyudahi acara nyantai-santai tersebut mengingat stok minuman di gelas sudah amblas (habis) tak terasa jam menunjukkan angka 9 lewat dan rencana kami selanjutnya adalah satu yaitu pulang. Setelah nanda meneguk tetes terakhir minumannya “mubadzir beli-beli gak di habisin” gitu katanya kemudian membayar selanjutnya saya ganti yang menyetir (hehe…masak di bonceng terus?!). Langsung saja saya teruskan melewati jalandi bawah dan sebelah timur jembatan sampai di ujung jembatan saya putuskan berhenti sebentar kemudian putar balik ke atas jembatan. Padahal disitu ada tanda dilarang putar balik (tapi kan gak ada polisi lewat, jadi saya langgar biar cepat) karena melawan arus dan berbahaya bagi pengguna jalan, hehe… Seharusnya pak polisi mengawasi jalan tersebut karena tidak hanya saya saja yang melanggar tapi juga banyak yang lain dan menindak tegas pelanggar-pelanggar tersebut (seperti saya, hehe..jangan ya pak? Saya janji deh, gak bakal ngulangi lagi). Keluar jembatan belok kanan jalan raya mlirip, jalan raya canggu, sampai deh di rumah tercinta.
Begitulah suasana di sekitar kota Mojokerto yang saya lihat. Bila sabtu malam, kota kecil ini selalu ramai dipadati masyarakat khususnya para remaja yang sedang menikmati malam panjangnya. Habis.
Baca Juga :
Pasar Tanjung Anyar dan Tradisi Mojokerto
Oke deh, jam tujuh seperempat sehabis siap-siap ini itu, berdoa bla..bla..bla..bla.. Amin (kayak mau kemana aja…kekendurian pake berdoa segala?). Yah yang penting berdoa lah, meski hanya bismilah semoga slamet pergi-pulang amin. Meskipun jarak rumah ke kota hanya sekitar 4 km tapi kalau ada apa-apa dijalan? Jangan sampai deh, dan Alhamdulillah tidak. Rumah saya di Canggu. (sapa juga yang nanya…?!). Langsung meluncur ke tujuan (gak tau tujuannya yang penting ke kutho/kota) muter-muter dan ngopi-ngopi buat ngilangin stress, gitu katanya temen saya. Namanya Nanda.
Dari arah utara melewati jembatan dan masuk jalan gajahmada di perempatan pertama ditahan sebentar karena lampu merah sedang menyala dan memberi kesempatan buat pengguna jalan dari arah lain untuk lewat. 03,02,01,.. dan kemudian Lampu merah padam disambut lampu kuning menyala sebentar langsung lampu hijau ganti menyala mempersilahkan kami untuk melanjutkan perjalanan. Langsung tancap gas belok kanan tak lain adalah jalan pemuda dan belok ngiri kemudian belok kanan lagi berjumpa dengan jalan A.Yani menuju ke Alun-alun. Satu putaran mengelilingi alun-alun Mojokerto kami lanjutkan ke jalan majapahit yang pada saat itu luar biasa ramainya oleh pengguna jalan. Entah sebenarnya mereka mau kemana atau hanya sekedar muter-muter gak jelas seperti yang kami lakukan? gak tau deh. Melaju terus dengan kecepatan 20-30 (jarum speedometer) karena jalanan sesak sekali jadi gak mau ambil resiko dengan melaju kencanag-kencang, ntar nabrak malah kami yang runyam. Jalan terus sambil tengok kanan kiri melihat suasana pertokoan di jalan majapahit yang ramai mentok sampai pada pertigaan yang kalau belok kiri jalan raden wijaya dan kami ambil belok kanan terus, ada pertigaan lagi yang kalau belok kiri ke Sooko tapi sekali lagi kami ambil arah kiri yaitu jalan brawijaya. Lurus terus setelah melintasi jalur KA, dan menjumpai perempatan Prajurit kulon kami belok kanan lagi (wah, muter aja dong?) yah namanya juga muter-muter. Sampai pada perempatan majapahit berhenti sebentar memberikan kesempatan buat orang-orang dari jalan majapahit lewat kemudian tancap gas, kali ini ke jalan bhayangkara dunk. Setelah melewati stasion KA Mojokerto kami belok kiri ke jalan Panglima besar sudirman notok puol (mentok) belok kanan melintasi sisi depan pasar tanjung dan jumpa lagi sama jalan gajahmada di perempatan Sekarsari lalu kami lurus ke jalan empunala karena memang lagi beruntung baru nyanpai di stopan (lampu merah) perempatan tersebut langsung lampu hijau. Di jalan empunala saat itu tidak begitu ramai hingga ketemu perempatan empunala kami belok menuju jalan benteng pancasila yang lumayan baru diresmikan oleh pemkot setempat. Ternyata ramai juga di tempat ini dibuat nongkrong atau sekedar lalu lalang oleh pemuda pamudi Mojokerto. Tapi kami tidak, kami melanjutkan menyusuri jalan tersebut sampai pada perempatan tugu adipura jalan gajahmada, bhayangkara, pahlawan, dan benteng pancasila lalu kami menengah mendekati tugu yang berada ditengah jalan-jalan tersebut dan belok kanan ke gajamada lagi. Di perempatan tersebut kami sempat melihat polisi sedang menceramahi sepasang muda-mudi yang sedang berada di atas motor (gak ngeliat merk motornya) mungkin mereka ngelanggar rambu atau apalah yang pasti melakukan pelanggaran sehingga bapak polisi bertindak tegas. Dan kami terus melaju kencang di jalan gajahmada hingga sampai didepan jembatan kami ambil sisi kiri yang tak lain adalah menuju Jogging Track Mojokerto di jalan hayam wuruk. Setelah menyisiri jalan ini dan ternyata buset bukan main ramainya remaja yang duduk-duduk berjajar-jajar sambil ngopi, nongkrong, atau apalah di sepanjang delta sungai brantas yang sengaja di buat oleh pemkot setempat dengan tujuan menjadikannya sebagai tempat wisata. Sebenarnya tujuan kami kesini untuk ngopi tapi sepertinya tempatnya sudah penuh akhirnya kami berbalik arah dan memeriksa kembali barang kali ada yang terlewatkan, ternyata memang ada yaitu disebelah pojok timur, dibawah jembatan agak kebarat dikit. Habis markir Jupiter orange milik nanda terus pesan kepada penjual, “susu soda satu ama kopi susu satu mas” gitu kata temenku yang satu ini. Setelah pesanan datang, langsung kami sambut dan saya tuangkan si kopi ke tempat tadahannya gelas (gak tau apa itu bhs. Indo-nya) dan buat nge-ler (nganginin) supaya panasnya berkurang, setelah sudah anget-anget kuku lalu saya sruput deh dilanjut dengan menyulut AGA (sampoerna hijau bungkus lama) rokok kesayangan saya sambil ngeliat orang lalu lalang di jalan hayam wuruk. Lumayan lama ngobrol ngalor ngidul ngomongin masa-masa SMA dulu dan segala macam akhirnya kami menyudahi acara nyantai-santai tersebut mengingat stok minuman di gelas sudah amblas (habis) tak terasa jam menunjukkan angka 9 lewat dan rencana kami selanjutnya adalah satu yaitu pulang. Setelah nanda meneguk tetes terakhir minumannya “mubadzir beli-beli gak di habisin” gitu katanya kemudian membayar selanjutnya saya ganti yang menyetir (hehe…masak di bonceng terus?!). Langsung saja saya teruskan melewati jalandi bawah dan sebelah timur jembatan sampai di ujung jembatan saya putuskan berhenti sebentar kemudian putar balik ke atas jembatan. Padahal disitu ada tanda dilarang putar balik (tapi kan gak ada polisi lewat, jadi saya langgar biar cepat) karena melawan arus dan berbahaya bagi pengguna jalan, hehe… Seharusnya pak polisi mengawasi jalan tersebut karena tidak hanya saya saja yang melanggar tapi juga banyak yang lain dan menindak tegas pelanggar-pelanggar tersebut (seperti saya, hehe..jangan ya pak? Saya janji deh, gak bakal ngulangi lagi). Keluar jembatan belok kanan jalan raya mlirip, jalan raya canggu, sampai deh di rumah tercinta.
Begitulah suasana di sekitar kota Mojokerto yang saya lihat. Bila sabtu malam, kota kecil ini selalu ramai dipadati masyarakat khususnya para remaja yang sedang menikmati malam panjangnya. Habis.
Baca Juga :
Pasar Tanjung Anyar dan Tradisi Mojokerto
1 komentar:
they, however, give off unimaginable faculty. links of london charms The key is how to decide properly. The shape of links of london charms Earrings is connected to one’s face mold. People with triangular charms bracelets face are not apposite to bear long Links Of London Earrings with pendants links of london womens watches while studs in around identity can proffer a substance of coordination. links of london watch uk If you have an oval face, you can erode Links Of London Earrings in any style. cheap links of london rings Please never try too long, too small or too big ones.
Posting Komentar
Komentar Anda adalah Motivator ...